Kamis, 10 Juni 2010

Nyalakan Lentera Ilmu di Rumahmu

Jika Allah menghendaki kebaikan seseorang, maka Allah akan menjadikan ia
sebagai orang yang mau belajar ilmu syar’i.
Begitupun dengan sebuah keluarga, jika Allah menghendaki suatu keluarga
menjadi baik, maka Allah akan jadikan para penghuninya mau belajar ilmu
syar’i. Karena ilmu adalah cahaya.
Ia adalah penerang di tengah kegelapan, benteng dari serangan syubhat dan
sesatnya pemikiran. Apalagi di saat syubhat membanjiri media dan televisi,
sementara hal itu menjadi menu yang setiap hari disantap dan ditelan oleh
semua anggota keluarga.
Apapun posisi Anda dalam keluarga, bertanggung jawab untuk menyalakan cahaya
ilmu di rumah Anda. Apalagi, jika Anda sebagai kepala keluarga.

Allah Ta’ala berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api
Neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu”.(At-Tahrim : 6)
Qatadah menafsirkan ayat tersebut, “Hendaknya ia memerintah mereka berbuat
taat kepada Allah, mencegah mereka dari maksiat kepada-Nya, hendaknya
menjaga mereka untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah dan
membantu mereka di dalamnya. Maka apabila kamu melihat kemaksiatan,
hendaknya engkau menjauhkan mereka darinya dan memperingatkan untuk tidak
melakukan-nya”.

Namun, untuk membedakan mana yang taat dan mana maksiat, hanya dengan ilmu.
Karena itu, adh-Dhahhak dan Muqatil menafsirkan ayat tersebut, “Wajib bagi
setiap muslim, mengajarkan keluarganya, kerabat dan hamba sahayanya akan apa
yang diwajibkan oleh Allah atas mereka, dan apa yang dilarang-Nya.” Hal
senada dikatakan oleh At-Thabari, “Hendaknya kita mengajari anak-anak dan
keluarga kita masalah agama dan kebaikan, serta apa-apa yang penting dan
dibutuhkan dalam persoalan adab dan akhlak.”

Memang benar, ilmu sains dan teknologi, ilmu tentang bisnis, ilmu tentang
hal-hal yang mendatangkan maslahat dan kemapanan hidup itu penting. Tapi,
sesungguhnya ilmu syar’i jauh lebih penting. Karena ilmu duniawi yang berada
di tangan orang yang tak memiliki ilmu syar’i, mengandung potensi yang
berbahaya. Begitupun segala ke-maslahatan yang bersifat duniawi, hanya
bersifat semu jika tidak dilandasi ibadah. Sedangkan pintu dari segala
bentuk ibadah adalah ilmu syar’i.

Yang patut disayangkan, sebagian aktivis yang bersemangat untuk berdakwah di
luar, mengajarkan ilmu syar’i kepada masyarakat, atau menjadi guru ngaji
untuk anak-anak dan semisalnya, tidak berpikir untuk menerangi rumahnya
dengan cahaya ilmu, menyampai-kan ilmu syar’i kepada anggota keluarganya.
Mungkin tidak punya nyali, pesimis dan memvonis bahwa anggota keluarga
‘susah’ untuk diajak baik. Padahal, kesungguhannya untuk mendakwahi keluarga
belum segigih perjuangannya dalam mendakwahi masyarakat.

Mestinya, keluargalah yang lebih berhak untuk lebih dahulu menikmati
indahnya ilmu syar’i yang kita sajikan. Bukankah kita ingin agar mereka
berkeluarga dengan kita di jannah sebagaimana mereka menjadi keluarga kita
di dunia? Bukankah kita tidak tega tatkala melihat seorang anggota keluarga
kita sakit parah dan menderita? Sedangkan penderitaan di akhirat jauh lebih
menyakitkan dan tak ada ujung habisnya, kecuali jika ia memiliki sesuatu
yang membuatnya bisa terangkat dari neraka. Untuk itu, nyalakan pelita ilmu
di rumahmu. (Abu Umar A)
www.ar-risalah.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar