Kamis, 10 Juni 2010

BAHAGIAKAN PASANGAN

Salah satu kebahagiaan adalah ketika melihat orang yang kita cintai bahagia.
Kebahagiaan jenis ini levelnya lebih tinggi dari kebahagiaan yang bersifat
individual. Boleh jadi, ini masuk dalam kategori kebahagiaan sosial.

Tidak gampang untuk memperoleh kebahagiaan jenis ini. Apalagi bagi mereka
yang bersifat egois. Semua kebahagiaannya diukur dari kebahagiaan diri
sendiri. Orang yang demikian adalah tipikal 'pemburu kebahagiaan'

, yang justru tidak pernah menemukan kebahagiaan...

Berumah tangga adalah sebuah cara untuk memperoleh kebahagiaan, dengan cara
membahagiakan pasangan kita. Partner kita. Istri atau suami. Bisakah itu
terjadi? Bisa, ketika berumah tangga dengan berbekal cinta. Bukan sekadar
berburu cinta. Lho, memang apa bedanya?

Berbekal cinta, berarti kita mencintai pasangan kita. Ingin memberikan
sesuatu kepada pasangan agar ia merasa bahagia. Sedangkan berburu cinta,
berarti kita menginginkan untuk dicintai. Menginginkan sesuatu dari pasangan
kita, sehingga kita merasa bahagia.

Menurut anda, manakah yang lebih baik? Mengejar cinta atau memberikan cinta?
Mengejar kebahagiaan ataukah memberikan kebahagiaan? Mengejar kepuasan
ataukah justru memberikan kepuasan? Mana yang bakal membahagiakan, yang
pertama ataukah yang ke dua?
Ternyata, yang ke dua. Mengejar cinta hanya akan mendorong anda untuk
berburu sesuatu yang semu belaka. Yang tidak pernah anda raih. Karena,
keinginan adalah sesuatu yang tidak pernah ada habisnya. Apalagi
keserakahan.

Hari ini Anda merasa memperoleh cinta dari pasangan Anda, maka berikutnya
anda akan merasa tidak puas. Dan ingin memperoleh yang lebih dari itu. Sudah
memperoleh lagi, berikutnya anda akan ingin lebih lagi.

Ini hampir tak ada bedanya dengan ingin mengejar kesenangan dengan cara
memiliki mobil atau rumah. Ketika kita masih miskin, kita mengira akan
senang memiliki mobil berharga puluhan juta rupiah. Kita berusaha
mengejarnya. Lantas memperolehnya. Dan kita memang senang.

Tapi, tak berapa lama kemudian, kita menginginkan untuk memiliki mobil yang
berharga ratusan juta rupiah. Mobil yang telah kita miliki itu tidak lagi
menyenangkan, atau apalagi membahagiakan.

Benak kita terus menerus terisi oleh bayangan betapa senangnya memiliki
mobil berharga ratusan juta rupiah. Jika kemudian kita bisa memenuhi
keinginan itu, kita pun merasa senang. Tetapi, ternyata itu tidak lama.
Benak kita bakal segera terisi oleh bayangan-bayangan, betapa senangnya
memiliki mobil yang berharga miliaran rupiah. Begitulah seterusnya. Coba
rasakan hal ini dalam kehidupan anda, maka anda akan merasakan dan
membenarkannya.

Kesenangan dan kebahagiaan itu bukan anda peroleh dengan cara mengejarnya,
melainkan dengan cara merasakan apa yang sudah anda miliki. Dan jika anda
mensyukurinya, maka kebahagiaan itu akan datang dengan sendirinya pada
perubahan yang datang berikutnya.

Anda tak perlu mengejar kebahagiaan, karena anda sudah menggenggamnya. Yang
perlu anda lakukan sebenarnya adalah memberikan perhatian kepada apa yang
sudah anda miliki. Bukan melihat dan mengejar sesuatu yang belum anda
punyai. Semakin anda memberikan perhatian kepada apa yang telah anda miliki,
maka semakin terasa nikmatnya memiliki. Jadi, kuncinya bukan mengejar,
melainkan memberi.

Demikian pula dalam berumah tangga. Jika kita ingin memperoleh kebahagiaan,
caranya bukan dengan mengejar kebahagiaan itu. Melainkan dengan memberikan
kebahagiaan kepada pasangan kita. Bukan mengejar cinta, melainkan memberikan
cinta. Bukan mengejar kepuasan, melainkan memberikan kepuasan.

Maka anda bakal memperoleh kebahagiaan itu dari dua arah. Yang pertama, anda
akan memperolehnya dari pasangan anda. Karena merasa dibahagiakan, ia akan
membalas memberikan kebahagiaan.

Yang ke dua, kebahagiaan itu bakal muncul dari dalam diri anda sendiri.
Ketika kita berhasil memberikan kepuasan kepada pasangan kita, maka kita
bakal merasa puas. Ketika berhasil memberikan kesenangan kepada partner
kita, maka kita pun merasa senang. Dan ketika kita berhasil memberikan
kebahagiaan kepada istri atau suami kita, maka kita pun merasa bahagia.

Ini, nikmatnya bukan main. Jumlah dan kualitasnya terserah anda. Ingin lebih
bahagia, maka bahagiakanlah pasangan anda. Ingin lebih senang, maka
senangkanlah pasangan anda lebih banyak lagi. Dan, anda ingin lebih puas?
Maka puaskanlah pasangan anda dengan kepuasan yang lebih banyak. Anda pun
bakal merasa semakin puas. Terserah anda, minta kesenangan, kepuasan, atau
pun kebahagiaan sebesar apa. Karena kuncinya ada di tangan anda sendiri.
Semakin banyak memberi semakin nikmat rasanya.

Anda yang terbiasa egois dan mengukur kebahagiaan dari kesenangan pribadi,
akan perlu waktu untuk menyelami dan merenungkan kalimat-kalimat di atas.

Contoh yang lebih konkret adalah perkawinan dengan cinta yang bertepuk
sebelah tangan. Perkawinan semacam ini sungguh membuat menderita pihak yang
tidak mencintai. Padahal ia dicintai. Segala kebutuhannya dipenuhi oleh
pasangannya. Katakanlah ia pihak wanita.

Segala kebutuhan sang wanita selalu dipenuhi oleh suaminya. Rumah ada. Mobil
tersedia. Pakaian, perhiasan, dan segala kebutuhan semuanya tercukupi.
Tetapi ia tidak pernah merasa bahagia. Kenapa? Karena tidak ada cinta di
hatinya.

Sebaliknya, sang suami merasa bahagia, karena ia mencintai istrinya. Ia
merasa senang dan puas ketika bisa membelikan rumah. Ia juga merasa senang
dan puas ketika bisa membelikan mobil.

Dan ia senang serta puas ketika bisa memenuhi segala kebutuhan istri yang
dicintainya itu. Semakin cinta ia, dan semakin banyak ia memberikan kepada
istrinya, maka semakin bahagialah sang suami. Kalau ia benar-benar cinta
kepada istrinya, maka ukuran kebahagiaannya berada pada kebahagiaan si
istri. Jika istrinya bahagia, ia pun merasa bahagia. Jika istrinya
menderita, maka ia pun merasa menderita.

Akan berbeda halnya, jika si suami tidak mencintai istri. Ia sekadar
menuntut istrinya agar mencintainya. Memberikan kesenangan, kepuasan dan
kebahagiaan kepadanya. Ketika semua itu tidak sesuai dengan keinginannya,
maka ia bakal selalu merasa tidak bahagia. Tidak terpuaskan.

Sebaliknya, jika istri tersebut kemudian bisa mencintai suaminya - karena
kebaikan yang diberikan terus menerus kepadanya - maka si istri itu justru
bakal bisa memperoleh kebahagiaan karenanya.

Pelayanan yang tadinya dilakukan dengan terpaksa terhadap suaminya, kini
berganti dengan rasa ikhlas dan cinta. Tiba-tiba saja dia merasakan
kenikmatan dan kebahagiaan yang tiada terkira.

Kalau dulu ia memasakkan suami dengan rasa enggan dan terpaksa, misalnya,
kini ia melakukan dengan senang hati dan berbunga-bunga. Kalau dulu ia
merasa tersiksa ketika melayani suami di tempat tidur, kini ia merasakan
cinta yang membara.

Ya, tiba-tiba saja semuanya jadi terasa berbeda. Penuh nikmat dan bahagia.
Padahal seluruh aktivitas yang dia lakukan sama saja. Apakah yang
membedakannya? Rasa cinta!

Ketika 'berbekal cinta', semakin banyak ia memberi, semakin banyak pula rasa
bahagia yang diperolehnya. Hal ini memberikan gambaran kepada kita bahwa
yang bahagia itu sebenarnya bukanlah orang yang dicintai, melainkan orang
yang mencintai. Orang yang sedang jatuh cinta...

Karena itu keliru kalau kita ingin dicintai. Yang harus kita lakukan adalah
mencintai pasangan. Semakin besar cinta kita kepadanya, semakin bahagia pula
kita karenanya. Dan yang ke dua, semakin banyak kita memberi untuk
kebahagiaan dia, maka semakin bahagialah kita...

Begitulah mestinya rumah tangga kita. Bukan saling menuntut untuk
dibahagiakan, melainkan saling memberi untuk membahagiakan. Karena di
situlah kunci kebahagiaan yang sebenar-benarnya memberikan kebahagiaan...

Untuk semua teman baikku

Seorang Teman Baik
Sewaktu kita duduk di taman kanak-kanak, kita
berpikir kalau seorang , teman yang baik adalah
teman yang meminjamkan krayon warna merah ketika
yang ada hanyalah krayon warna hitam.

Di sekolah dasar, kita lalu menemukan bahwa seorang
teman yang baik adalah teman yang mau menemani kita ke
toilet,
menggandeng tangan kita sepanjang koridor menuju
kelas,
membagi makan siangnya dengan kita ketika kita lupa
membawanya.

Di sekolah lanjutan pertama, kita punya ide kalau
seorang teman yang baik adalah teman yang
mau menyontekkan PR-nya pada kita, pergi bersama ke
pesta dan menemani kita makan siang.

Di SMA, kita merasa kalau seorang teman yang baik
adalah teman yang mengajak kita
mengendarai mobil barunya, meyakinkan orang tua kita
kalau kita boleh pulang malam sedikit, ............ ..
dan mau mendengar kisah sedih saat kita putus dari
pacar.

Di masa berikutnya, kita melihat kalau seorang teman
yang baik adalah teman yang selalu ada
terutama di saat-saat sulit kita, membuat kita
merasa aman melalui masa-masa seperti apapun,
meyakinkan kita kalau kita akan lulus dalam ujian
sidang sarjana kita.

Dan seiring berjalannya waktu kehidupan,
kita menemukan kalau seorang teman yang baik adalah
teman yang selalu memberi kita dua pilihan yang baik,
merangkul kita , ketika kita menghadapi masalah yang
menakutkan dan sesulit apapun ,
membantu kita bertahan menghadapi orang-orang yang
hanya mau mengambil
keuntungan dari kita, menegur ketika kita melalaikan
sesuatu,
mengingatkan ketika kita lupa, membantu meningkatkan
percaya diri kita,
menolong kita untuk menjadi seseorang yang lebih baik,
dan terlebih lagi... menerima diri kita apa adanya...

Thanks for being my friend...
A lot of little heart to my frenzzz!!!
Friends are like balloons; once you let them go, you
can't get them back.
So I'm gonna tie you to my heart so I never lose you.
Send this to al your friends including me and see how
many you get back.

TAKE GOOD CARE OF YOURSELF YEAH!!!

Too Busy for a Friend…

One day a teacher asked her students to list the names of the other students

in the room on two sheets of paper, leaving a space between each name.
Then she told them to think of the nicest thing they could say about each of

their classmates and write it down. It took the remainder of the class period to

finish their assignment, and as the students left the room, each one handed in the papers.

That Saturday, the teacher wrote down the name of each student on a separate

sheet of paper, and listed what everyone else had said about that individual.

On Monday she gave each student his or her list. Before long, the entire class was smiling.

'Really?' she heard whispered. 'I never knew that I meant anything to anyone!' and,

'I didn't know others liked me so much.' were most of the comments.No one ever mentioned

those papers in class again. She never knew if they discussed them after class or with their parents,

but it didn't matter. The exercise had accomplished its purpose. The students were happy with

themselves and one another. That group of students moved on.

Several years later, one of the students was killed in Vietnam and his teacher attended the funeral of

that special student. She had never seen a serviceman in a military coffin before.

He looked so handsome, so mature.

One by one those who loved him took a last walk by the coffin.

The teacher was the last one to bless the coffin.

As she stood there, one of the soldiers who acted as pallbearer came up to her.

'Were you Mark's math teacher?' he asked. She nodded: 'yes.' Then he said:

'Mark talked about you a lot.' After the funeral, most of Mark's former classmates went

together to a luncheon. Mark's mother and father were there, obviously waiting to speak with his teacher.

'We want to show you something,' his father said, taking a wallet out of his pocket.

'They found this on Mark when he was killed. We thought you might recognize it.'

Opening the billfold, he carefully removed two worn pieces of notebook paper

that had obviously been taped, folded and refolded many times.

The teacher knew without looking that the papers were the ones on which she had

listed all the good things each of Mark's classmates had said about him.

'Thank you so much for doing that,' Mark's mother said. 'As you can see, Mark treasured it .'
All of Mark's former classmates started to gather around. Charlie smiled rather sheepishly and

said, 'I still have my list. It's in the top drawer of my desk at home.'

Chuck's wife said, 'Chuck asked me to put his in our wedding album.'
'I have mine too,' Marilyn said 'It's in my diary.'
Then Vicki, another classmate, reached into her pocketbook, took out her wallet and showed

her worn and frazzled list to the group 'I carry this with me at all times,' Vicki said and without

batting an eyelash, she continued: 'I think we all saved our lists.'

That's when the teacher finally sat down and cried. She cried for Mark and for all his friends

who would never see him again.

The density of people in society is so thick that we forget that life will end one day.

And we don't know when that one day will be.

So please, tell the people you love and care for, that they are special and important. Tell them, before it is too late.

BELAHAN JIWA

Tuhan menginginkan kita untuk bertemu dengan orang
yang salah sebelum bertemu seorang yang tepat, ketika
pada akhirnya kita bertemu orang yang tepat saat itu
kita akan tahu betapa orang itu seperti hadiah bagi
kita

Saat kamu menemukan belahan jiwamu, ingatlah jika kamu
menemukan satu orang yang tepat kamu akan merasa
menemukannnya dengan susah payah, itulah pada
akhirnya kamu menemukan belahan jiwamu.

Tidak ada yang sederhana dalam hidup, tetapi jangan
biarkan kesempatanmu berlalu begitu saja karena kamu
begitu keras.

Ketika satu pintu harapan tertutup, pintu yang lainnya
terbuka.Tetapi seringkali kita melihat pintu tertutup dan
tidak satupun yang terbuka untuk kita
Yang terbaik dari belahan jiwa adalah suatu ketika
kamu duduk bersamanya tanpa mengucapkan satu patah
katapun tetapi kamu dapat mengerti apa yang dia
rasakan dan dia dapat mengerti apa yang kamu rasakan
Atau seseorang yang berbicara kepadamu beberapa jam
setiap hari, tetapi tidak ada perasaan apapun jika dia
tidak berbicara kepadamu lagi,

Belahan jiwamu adalah seseorang yang dapat
menyelesaikan apa yang kamu katakan seperti juga apa
yang kamu pikirkan

Kebenaran adalah apa yang kita tidak tahu sampai
ketika kita kehilangan kebenaran itu. Tetapi kita tidak akan tahu saat kebenaran itu hilang
sampai ketika hal itu datang

Memberikan seluruh cintamu pada seseorang tidak
memberikan jaminan dia akan mencintaimu kembali
Jangan mengharapkan cintamu akan berbalas, tunggulah
sampai cinta itu tumbuh dalam hatinya, dan jika itu
tidak terjadi, jagalah agar cinta tetap tumbuh dalam
hatimu
Hanya perlu semenit untuk membenci seseorang
satu jam untuk menyukai seseorang
dan sehari tuk mencintai seseorang
Tetapi butuh waktu seumur hidupmu untuk melupakan
seseorang

Jangan melihat fisiknya,.....fisik hanya menipu
Jangan melihat kekayaannya,... itu akan pudar
Lihatlah seseorang yang dapat membuatmu tersenyum,
karena
Hanya senyuman yang dapat membuat hari yang gelap
menjadi terang
Temukanlah seseorang yang dapat membuat hatimu
tersenyum

Suatu saat dalam hidupmu ketika kamu sangat rindu
dengan seseorang dan saat itu kamu hanya mengambilnya
dari mimpimu dan itu seperti menjadi sangat nyata

Mimpilah apa yang mau kamu mimpikan; pergilah
kemanapun kamu mau pergi; jadilah apapun yang kamu
inginkan; sebab kamu hanya sekali hidup, dan hanya
punya satu kesempatan untuk melakukan yang ingin kamu
lakukan

Mudah mudahan kamu punya cukup kebahagiaan untuk
membuatmu bertambah manis
punya cukup percobaan untuk membuatmu kuat
punya cukup kesedihan untuk menjadikanmu tetap manusia
Punya cukup harapan untuk membuatmu gembira
Selalu menempatkan dirimu seperti orang lain
Jika kamu merasa ini menyakitkan bagimu, mungkin
begitu juga dirasakan orang lain

Kebahagiaan orang lain sesekali tidak berarti yang
terbaik buat semuanya, itu hanya membuat segalanya
berjalan dengan lancar.
Kebahagiaan hanya untuk orang yang menangis, untuk
orang yang terluka, untuk orang yang mencari, dan
untuk orang yang mencoba
Hanya untuk orang yang dapat menghargai betapa
pentingnya untuk menyentuh lubuk hati.

Cinta dimulai dengan senyuman, tumbuh dengan ciuman
dan berakhir dengan air mata
Dan masa depan yang cerah akan selalu didasarkan dari
masa lalu yang terlupakan

Kamu tidak akan dapat beranjak menjalani hidupmu
sebelum kamu membiarkan kesalahanmu untuk pergi jauh
Ketika kamu lahir, kamu menangis dan setiap orang yang
disekelilingmu tersenyum
Ketika kamu mati, hanya kamu yang tersenyum dan semua
orang disekelilingmu menangis.

Sulit Bangun Pagi????

Sering kali kita merasa sulit bangun pagi….

Rasa malas dan berjuta alasan untuk membuka mata…

Hal ini sering kali juga membuat kita bertanya…

Kenapa sich ???



Berikut sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari,

Insya Allah menjawab pertanyaan tersebut.



Dari Abu Hurairah r.a. :

Pada waktu seseorang sedang tidur, setan membuat tiga buah simpul dikepalanya.

Untuk setiap simpul ia mengatakan : ‘Tidurlah engkau sepanjang malam’



Ketika orang tersebut terbangun dan dia menyebut nama Allah SWT

Maka lepaslah satu simpul, Jika dia berwudhu, lepas pulalah satu simpul

Dan jika dia sholat, terbukalah seluruh simpul.



Maka pada waktu bangun pagi, dia akan merasa penuh semangat

Dengan badan yang segar bugar.



Dan Jika dia tidak melakukan tiga hal tersebut, dia akan bangun pagi

Dengan perasaan serba tak enak dan malas.

Mencari Sebuah Masjid

Taufiq Ismail

Aku diberitahu tentang sebuah masjid
yang tiang-tiangnya dari pepohon di hutan
fondasinya batu karang dan pualam pilihan
atapnya menjulang tempat bersangkutnya awan
dan kubahnya tembus pandang, berkilauan digosok topan kutub utara dan selatan.
Aku rindu dan mengembara mencarinya.

Aku diberitahu tentang sepenuh dindingnya yang transparan
dihiasi dengan ukiran kaligrafi Qur'an dengan warna platina dan keemasan
bentuk daun-daunan sangat teratur serta sarang lebah demikian geometriknya
ranting dan tunas berjalin bergaris-garis gambar putaran angin.
Aku rindu dan mengembara mencarinya.

Aku diberitahu tentang sebuah masjid
yang menara-menaranya menyentuh lapisan ozon dan menyeru azan tak habis-habisnya
membuat lingkaran mengikat pinggang dunia kemudian nadanya yang lepas-lepas
disulam malaikat jadi renda benang emas yang memperindah ratusan juta sajadah
di setiap rumah tempatnya singgah.
Aku rindu dan mengembara mencarinya.

Aku diberitahu tentang sebuah masjid
yang letaknya dimana bila waktu azan lohor engkau masuk kedalamnya
engkau berjalan sampai waktu ashar, tak kan capai saf pertama
sehingga bila engkau tak mau kehilangan waktu bershalatlah dimana saja
di lantai masjid ini yang besar luar biasa.
Aku rindu dan mengembara mencarinya.

Aku diberitahu tentang ruangan di sisi mihrabnya
yaitu sebuah perpustakaan tak terkata besarnya
dan orang-orang dengan tenang membaca di dalamnya
di bawah gantungan lampu-lampu kristal terbuat dari berlian yang menyimpan cahaya matahari
kau lihat bermilyar huruf dan kata masuk beraturan ke susunan syaraf pusat manusia
dan jadi ilmu berguna
di sebuah pustaka yang bukunya berjuta-juta terletak disebelah menyebelah masjid kita.
Aku rindu dan mengembara mencarinya.

Aku diberitahu tentang sebuah masjid
yang beranda dan ruang dalamnya tempat orang-orang bersila bersama
dan bermusyawarah tentang dunia dengan hati terbuka
dan pendapat bisa berlainan namun tanpa pertikaian
dan kalaupun ada pertikaian bisalah diuraikan dalam simpul persaudaraan sejati
dalam hangat sajadah yang itu juga terbentang di sebuah masjid yang sama.
Tumpas aku dalam rindu. Mengembara mencarinya.
Dimanakah dia gerangan letaknya?

Pada suatu hari aku mengikuti matahari
ketika dipuncak tergelincir sempat lewat seperempat kwadran turun ke barat
dan terdengar merdunya azan di pegunungan
dan akupun melayangkan pandangan mencari masjid itu kekiri dan kekanan
ketika seorang tak kukenal membawa sebuah gulungan, dia berkata

Inilah dia masjid yang dalam pencarian tuan,
dia menunjuk tanah ladang itu
dan di atas lahan pertanian dia bentangkan secarik tikar pandan
kemudian dituntunnya aku ke sebuah pancuran
airnya bening dan dingin mengalir teraturan
tanpa kata dia berwudhu duluan

Akupun dibawah air itu menampungkan tangan
ketika kuusap mukaku kali ketiga secara perlahan hangat air yang terasa, bukan dingin.
Kiranya demikianlah air pancuran bercampur dengan air mataku yang bercucuran.

[ dari Festival Istiqlal Oktober/November 1991]

Siapakah emaknya...

Selesai berlibur dari kampung, saya harus kembali kekota. Mengingat jalan tol yang juga padat, saya menyusuri jalan lama. Terasa mengantuk, saya singgah sebentar di sebuah restoran. Begitu memesan makanan, seorang anak lelaki berusia lebih kurang 12 tahun muncul di depan.

"Abang mau beli kue?" Katanya sambil tersenyum. Tangannya segera menyelak daun pisang yang menjadi penutup bakul kue jajanannya. "Tidak Dik, Abang sudah pesan makanan," jawab saya ringkas. dia berlalu.

Begitu pesanan tiba, saya langsung menikmatinya. Lebih kurang 20 menit kemudian saya melihat anak tadi menghampiri pelanggan lain, sepasang suami istri sepertinya. Mereka juga menolak, dia berlalu begitu saja.

"Abang sudah makan, tak mau beli kue saya?" tanyanya tenang ketika menghampiri meja saya.

"Abang baru selesai makan Dik, masih kenyang nih," kata saya sambil menepuk-nepuk perut. Dia pergi, tapi cuma di sekitar restoran. Sampai di situ dia meletakkan bakulnya yang masih penuh. Setiap yang lalu dia tanya, "Tak mau beli kue saya Bang, Pak... Kakak atau Ibu." Molek budi bahasanya.

Pemilik restoran itupun tak melarang dia keluar masuk restorannya menemui pelanggan. Sambil memperhatikan, terbersit rasa kagum dan kasihan di hati saya melihat betapa gigihnya dia berusaha. Tidak nampak keluh kesah atau tanda-tanda putus asa dalam dirinya, sekalipun orang yang ditemuinya enggan membeli kuenya.

Setelah membayar harga makanan dan minuman, saya terus pergi ke mobil. Anak itu saya lihat berada agak jauh di deretan kedai yang sama. Saya buka pintu, membetulkan duduk dan menutup pintu. Belum sempat saya menghidupkan mesin, anak tadi berdiri di tepi mobil. Dia menghadiahkan sebuah senyuman. Saya turunkan kaca jendela. Membalas senyumannya.

"Abang sudah kenyang, tapi mungkin Abang perlukan kue saya untuk adik- adik, Ibu atau Ayah abang," katanya sopan sekali sambil tersenyum.

Sekali lagi dia memamerkan kue dalam bakul dengan menyelak daun pisang penutupnya.

Saya tatap wajahnya, bersih dan bersahaja. Terpantul perasaan kasihan di hati. Lantas saya buka dompet, dan mengulurkan selembar uang Rp

20.000,- padanya. "Ambil ini Dik! Abang sedekah... Tak usah Abang beli kue itu." Saya berkata ikhlas karena perasaan kasihan meningkat mendadak. Anak
itu menerima uang tersebut, lantas mengucapkan terima kasih terus berjalan kembali ke kaki lima deretan kedai. Saya gembira dapat membantunya.

Setelah mesin mobil saya hidupkan. Saya memundurkan. Alangkah terperanjatnya saya melihat anak itu mengulurkan Rp 20.000,- pemberian saya itu kepada
seorang pengemis yang buta kedua-dua matanya. Saya terkejut, saya hentikan mobil, memanggil anak itu. "Kenapa Bang, mau beli kue kah?" tanyanya.

"Kenapa Adik berikan duit Abang tadi pada pengemis itu? Duit itu Abang berikan ke Adik!" kata saya tanpa menjawab pertanyaannya.

"Bang, saya tak bisa ambil duit itu. Emak marah kalau dia tahu saya mengemis. Kata emak kita mesti bekerja mencari nafkah karena Allah.

Kalau dia tahu saya bawa duit sebanyak itu pulang, sedangkan jualan masih banyak, Mak pasti marah. Kata Mak mengemis kerja orang yang tak berupaya,
saya masih kuat Bang!" katanya begitu lancar. Saya heran sekaligus kagum dengan pegangan hidup anak itu. Tanpa banyak soal saya terus bertanya berapa
harga semua kue dalam bakul itu.

"Abang mau beli semua kah?" dia bertanya dan saya cuma mengangguk.

Lidah saya kelu mau berkata. "Rp 25.000,- saja Bang...." Selepas dia memasukkan satu persatu kuenya ke dalam plastik, saya ulurkan Rp 25.000,-.
Dia mengucapkan terima kasih dan terus pergi. Saya perhatikan dia hingga hilang dari pandangan.

Dalam perjalanan, baru saya terpikir untuk bertanya statusnya. Anak yatim kah? Siapakah wanita berhati mulia yang melahirkan dan mendidiknya? Terus
terang saya katakan, saya beli kuenya bukan lagi atas dasar kasihan, tetapi rasa kagum dengan sikapnya yang dapat menjadikan kerjanya suatu
penghormatan. Sesungguhnya saya kagum dengan sikap anak itu. Dia menyadarkan saya, siapa kita sebenarnya.